MENGENANG WAFATNYA CHAIRIL ANWAR

AKU

Kalau sampai waktuku
ku mau tak seorangpun kan merayu
tidak juga kau
tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih perih
dan aku akan lebih tidak peduli
aku mau hidup seribu tahun lagi...

Ya, itulah bait-bait puisi "Aku" karya penyair legendaris Chairil Anwar. Pemunculannya di pentas sastra Indonesia dalam umur muda, kurang cuma dari satu windu saja jangka waktunya, memberi energi dahsyat yang telah menghentakkan tenaga baru pada ekspresi puisi Indonesia.

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatra Utara, 26 juli 1922. Ia adalah anak tunggal dari Toeloes, mantan Bupati Indragiri Riau Asak Taeh Baruah. Ayah ibunya sama-sama berasal dari Lima puluh Kota, Sumatra Barat. Tepat hari ini tanggal 28 April Chairil Anwar meninggal Dunia pada usia yang masih sangat muda, 27 tahun (28 April 1949) dan dimakamkan Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya tanggal 28 April juga selalu diperingati sebagai "Hari Chairil Anwar". Chairil Anwar dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul "Aku". Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia.

Karya tulis yang diterbitkan :

• Deru Campur Debu (1949) ;
• Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949) ;
• Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin) ;
• "Aku Ini Binatang Jalang : koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986) ;
• Derai-derai Cemara (1998) ;
• Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide ;
• Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck ;

Sumber : http://id.wikipedia.org